Transformasi digital di sektor transportasi terus menunjukkan kemajuan signifikan, dan PT Kereta Api Indonesia (KAI) menjadi salah satu pelopornya di Indonesia. Melalui penerapan teknologi face recognition atau pengenalan wajah, KAI menghadirkan solusi baru dalam proses boarding penumpang yang lebih cepat, praktis, dan ramah lingkungan. Kini, penumpang tak perlu lagi mencetak tiket fisik atau menunjukkan QR code. Cukup berdiri di depan alat pemindai, sistem akan mengenali wajah dan mencocokkannya dengan data tiket—proses ini hanya memakan waktu beberapa detik saja.
Inovasi ini menjadi lompatan besar dalam efisiensi pelayanan transportasi publik. Selain mempercepat mobilitas di stasiun, teknologi face recognition juga berhasil mengurangi antrean panjang di jam sibuk dan menekan penggunaan kertas secara drastis. Bahkan, KAI mencatat bahwa implementasi sistem ini telah menghemat puluhan juta rupiah dari pengurangan pemakaian rol tiket kertas.
Dengan dukungan infrastruktur digital dan integrasi yang kian luas di stasiun-stasiun utama, teknologi ini bukan hanya mempercepat proses, tetapi juga menciptakan ekosistem perjalanan yang lebih modern dan berkelanjutan. Langkah ini sekaligus menunjukkan keseriusan KAI dalam menyambut era transportasi berbasis teknologi, sekaligus memperkuat posisinya sebagai pemimpin inovasi di sektor kereta api nasional.
Contents
Boarding Lebih Cepat dan Praktis

Penerapan teknologi face recognition oleh KAI membawa perubahan besar dalam proses boarding penumpang. Kini, tidak perlu lagi repot menunjukkan tiket cetak atau memindai QR code dari ponsel. Penumpang cukup berdiri di depan pemindai wajah yang tersedia di pintu masuk peron, dan sistem akan secara otomatis mencocokkan wajah dengan data tiket serta identitas penumpang.
Proses verifikasi ini berlangsung dalam hitungan detik, jauh lebih cepat dibandingkan metode konvensional. Hasilnya, antrean menjadi jauh lebih singkat, terutama saat jam sibuk atau musim liburan. Inovasi ini mempercepat arus penumpang tanpa mengorbankan keamanan maupun ketepatan data.
Selain itu, sistem ini juga mengurangi kontak fisik secara signifikan, sebuah fitur penting di masa pascapandemi. Penumpang dapat langsung masuk tanpa menyentuh mesin atau menyerahkan dokumen, menjadikannya lebih higienis dan efisien.
Secara keseluruhan, teknologi ini menyederhanakan perjalanan dengan kereta api—lebih cepat, lebih mudah, dan lebih modern. Cocok untuk pengguna harian maupun pelancong yang menginginkan pengalaman naik kereta tanpa hambatan.
Hemat Kertas, Hemat Biaya
Selain mempercepat proses boarding, teknologi face recognition KAI juga berdampak besar dalam hal efisiensi biaya dan kelestarian lingkungan. Dengan tidak lagi bergantung pada tiket fisik, KAI berhasil mengurangi konsumsi kertas secara signifikan—lebih dari 24.000 rol kertas tiket telah dihemat sejak sistem ini diterapkan.
Penghematan ini bukan sekadar angka. Secara nominal, pengurangan penggunaan kertas tersebut setara dengan efisiensi biaya sekitar Rp24,8 juta, hanya dari penghematan cetak tiket saja. Angka ini akan terus bertambah seiring semakin banyaknya penumpang yang beralih ke sistem boarding digital.
Dampaknya juga terasa secara ekologis. Penggunaan kertas yang lebih sedikit berarti mengurangi kebutuhan akan penebangan pohon, proses produksi kertas, dan limbah yang dihasilkan. Dengan kata lain, teknologi ini tidak hanya efisien secara operasional, tapi juga berkontribusi pada transportasi berkelanjutan.
Cara Registrasi Face Recognition di Aplikasi KAI
Untuk bisa menggunakan layanan boarding tanpa tiket fisik, penumpang perlu mendaftarkan wajah mereka terlebih dahulu melalui aplikasi Access by KAI. Prosesnya mudah, cepat, dan hanya perlu dilakukan satu kali.
Langkah-Langkah Registrasi:
- Buka aplikasi Access by KAI, lalu masuk ke menu akun.
- Pilih opsi “Registrasi Face Recognition”.
- Baca dan setujui syarat & ketentuan yang ditampilkan.
- Pastikan data diri seperti nama, NIK, dan tanggal lahir sudah sesuai dengan KTP.
- Ambil foto selfie sesuai panduan sistem.
- Unggah foto KTP asli.
- Tunggu proses verifikasi. Jika berhasil, data wajah kamu akan tersimpan secara otomatis.
Setelah proses selesai, kamu tidak perlu lagi mencetak tiket atau membuka e-ticket setiap kali naik kereta. Cukup berdiri di depan alat pemindai wajah di stasiun, dan sistem akan langsung mengizinkan akses boarding.
Komitmen Menuju Transportasi yang Lebih Ramah Lingkungan
Penerapan teknologi face recognition oleh KAI bukan hanya soal efisiensi, tapi juga bagian dari komitmen menciptakan transportasi berkelanjutan. Dengan memangkas penggunaan kertas secara signifikan, KAI turut berkontribusi dalam pengurangan limbah dan pelestarian lingkungan.
Lebih dari 24.000 rol kertas telah berhasil dihemat, dan jumlah ini terus bertambah seiring peningkatan adopsi face recognition di berbagai stasiun. Ini artinya, tidak hanya biaya operasional yang ditekan, tetapi juga dampak ekologis dari proses pencetakan tiket bisa dikurangi drastis.
Ke depannya, KAI berencana memperluas sistem ini ke lebih banyak stasiun serta mengintegrasikannya dengan transportasi lain seperti TransJakarta dan KRL, guna menciptakan ekosistem transportasi yang terhubung, cepat, dan ramah lingkungan.
Kesimpulan
Penerapan teknologi face recognition oleh PT KAI merupakan langkah besar menuju masa depan transportasi publik yang lebih modern, cepat, dan ramah lingkungan. Sistem ini mempercepat proses boarding, mengurangi antrean, serta menghilangkan kebutuhan tiket fisik—memberikan pengalaman perjalanan yang lebih efisien dan bebas repot bagi penumpang.
Tak hanya itu, pengurangan penggunaan kertas secara masif juga menjadi kontribusi positif KAI terhadap pelestarian lingkungan dan efisiensi biaya operasional. Ke depannya, dengan integrasi antar moda dan perluasan sistem di berbagai stasiun, teknologi ini berpotensi menjadi standar baru dalam dunia transportasi Indonesia.
Bagi penumpang, inilah saatnya untuk beradaptasi dengan sistem digital yang lebih praktis. Dan bagi industri, ini menjadi contoh nyata bahwa inovasi teknologi bisa berjalan seiring dengan efisiensi dan keberlanjutan.
Baca Juga: Mobil Listrik vs. Mobil Hybrid: Masa Depan Kendaraan Ramah Lingkungan