Portal video game, gadget, dan berita

NAVI Bikin Geleng Kepala di MPL ID Season 15: Apa yang Sebenarnya Terjadi?

Natus Vincere (NAVI) datang ke MPL Indonesia Season 15 dengan status sebagai organisasi esports global legendaris. Nama mereka sudah mendunia berkat prestasi di game seperti CS:GO dan Dota 2. Maka, ketika mereka memutuskan untuk ikut MPL ID, banyak yang memprediksi akan muncul pesaing baru yang kuat di kancah MLBB Indonesia.

Tapi yang terjadi justru sebaliknya. Bukannya bersinar, NAVI malah jadi sorotan karena rekor buruk tanpa satu pun kemenangan sepanjang musim reguler. Tim ini kalah di setiap pertandingan BO3, gagal menyesuaikan meta, dan tampil tanpa arah sejak minggu pertama.

Performa mereka membuat banyak penggemar geleng kepala. Bagaimana mungkin tim sebesar NAVI — dengan modal, pengalaman, dan eksposur global — justru tampil seperti tim yang belum siap kompetisi?

Di artikel ini, kita akan mengulas apa saja momen, keputusan, dan fakta-fakta yang bikin NAVI jadi “bahan pembicaraan” negatif di MPL ID S15, serta apa yang sebenarnya terjadi di balik layar.

Harapan Tinggi, Realita Jatuh Bebas

Ketika NAVI diumumkan sebagai tim peserta MPL ID Season 15, hype langsung meledak. Banyak fans MLBB — bahkan dari luar Indonesia — menaruh ekspektasi tinggi. Nama besar NAVI dianggap sebagai bukti bahwa MPL Indonesia sudah naik level secara internasional. Media sosial pun dipenuhi ucapan selamat dan harapan bahwa NAVI akan jadi kuda hitam baru yang bisa menantang tim-tim besar seperti RRQ, ONIC, atau EVOS.

Sayangnya, semua ekspektasi itu langsung runtuh hanya dalam beberapa minggu pertama. NAVI kalah telak di match debutnya, lalu berlanjut dengan kekalahan demi kekalahan hingga tidak mencatatkan satu pun seri yang dimenangkan. Dari awal musim hingga akhir, NAVI gagal menunjukkan tanda-tanda adaptasi atau perbaikan.

Realitanya:

  • Mereka selalu kalah 0–2 di semua match
  • Tidak pernah unggul objektif di early game
  • Terlihat pasif, bingung rotasi, dan sering panik saat war
  • Tim lawan seperti Geek, AE, bahkan Dewa United bisa menang tanpa kesulitan

Alih-alih jadi penantang serius, NAVI justru jadi tim terlemah di musim ini, dan sayangnya menjadi satu-satunya tim yang mencatatkan rekor 0 kemenangan.

Harapan tinggi yang berubah jadi realita buruk inilah yang membuat banyak orang geleng kepala — bukan karena benci, tapi karena kecewa. NAVI punya semua potensi, tapi gagal mewujudkan bahkan performa minimum.

Strategi Gagal Total, Drafting Tak Relevan

Salah satu aspek paling mengejutkan dari performa NAVI adalah betapa tidak relevannya strategi dan draft pick mereka dengan meta MPL Indonesia. Mereka seolah bermain dengan skrip dari region berbeda, tanpa memperhatikan bagaimana tim-tim lokal membangun ritme, pick fleksibel, dan eksekusi cepat.

Dalam hampir setiap pertandingan, NAVI terlalu bergantung pada hero-hero yang out-meta atau terlalu greedy untuk scaling, seperti Granger jungler, Akai tank, atau Valentina mid tanpa burst backup. Ketika lawan sudah bermain agresif sejak early, NAVI malah sibuk farming tanpa arah.

Masalahnya bukan sekadar pemilihan hero, tapi juga:

  • Tidak fleksibel dalam drafting, jarang mencoba combo baru
  • Lambat membaca ban-pick lawan, membuat mereka selalu kalah tempo
  • Draft yang tidak mendukung strategi push, pick-off, atau snowball

Tim-tim Indonesia seperti ONIC dan RRQ dikenal dengan draft pick fleksibel, adaptif, dan tajam sejak early game. Sayangnya, NAVI justru tampil seperti tim scrim yang belum paham “medan tempur” MPL ID.

Akibatnya? Mereka selalu berada dalam posisi tertinggal — bahkan sebelum game dimulai. Banyak pengamat menilai, jika NAVI tidak membenahi pendekatan strateginya secara menyeluruh, maka mereka tidak hanya gagal — tapi juga akan jadi bahan tertawaan.

Masalah Internal yang Tidak Terlihat?

Di balik buruknya performa NAVI, muncul banyak spekulasi bahwa ada masalah internal yang tak terlihat di permukaan. Beberapa indikasi mulai tampak sejak pertengahan musim, ketika permainan mereka mulai semakin kacau dan tidak terkendali — bukan hanya dari segi strategi, tapi juga bahasa tubuh pemain yang terlihat frustrasi.

Beberapa hal yang jadi sorotan:

  • Komunikasi antar pemain terlihat tidak lancar
  • Rotasi tidak sinkron, seolah tidak ada satu komando
  • Pemain terlihat ragu-ragu untuk inisiasi
  • Beberapa game bahkan menunjukkan tanda minim koordinasi

Di MPL ID, hampir semua tim besar punya struktur internal yang solid — dari pelatih, analis, psikolog, sampai support staff yang memantau keseharian tim. Namun NAVI datang dengan susunan tim yang terasa seperti hasil rekrut cepat, bukan hasil persiapan panjang.

Apakah mereka punya pelatih lokal yang paham gaya main MPL ID? Apakah pemain benar-benar dilatih untuk komunikasi tim? Apakah semua pemain nyaman dengan role masing-masing?
Sayangnya, semua pertanyaan itu belum terjawab dengan jelas. Tapi satu hal pasti: tanpa solidnya fondasi internal, tim sebesar apapun akan runtuh dalam tekanan.

Reaksi Komunitas dan Pelajaran untuk Tim Luar

Kegagalan NAVI di MPL ID Season 15 langsung memicu reaksi besar dari komunitas Mobile Legends. Banyak yang awalnya antusias menyambut nama besar mereka, berubah menjadi komentar pedas dan rasa kecewa. Media sosial dipenuhi kritik — dari drafting, performa pemain, hingga keputusan manajemen NAVI.

Namun di balik semua itu, ada pelajaran penting yang bisa dipetik, terutama bagi tim-tim luar negeri lain yang ingin masuk ke MPL Indonesia:

  • MPL ID bukan sekadar liga lokal, tapi kompetisi dengan level global
  • Adaptasi jadi kunci utama, bukan sekadar membawa nama besar
  • Tanpa memahami meta, komunitas, dan tekanan lokal, tim luar akan kesulitan
  • Persiapan bukan hanya soal roster, tapi juga staf, kultur, dan filosofi bermain

Reaksi keras dari komunitas sebenarnya bukan semata karena benci, tapi karena banyak fans merasa potensi NAVI disia-siakan. Mereka datang membawa harapan, tapi pulang dengan catatan kelam — dan sayangnya, kini dijadikan contoh buruk dalam sejarah MPL ID.

Kesimpulan: Ketika Nama Besar Tak Cukup di Tanah Para Raksasa

NAVI datang ke MPL ID Season 15 dengan semua yang dibutuhkan untuk sukses — nama besar, eksposur global, dan ambisi tinggi. Tapi semua itu tumbang ketika dihadapkan dengan realita keras MPL Indonesia: kompetisi ketat, meta cepat berubah, dan tuntutan adaptasi tinggi.

Performa mereka tidak hanya mengecewakan dari sisi skor, tapi juga dari sisi visi, eksekusi, dan karakter tim. NAVI menjadi contoh nyata bahwa memasuki MPL ID bukan perkara mudah — dan tidak bisa dianggap enteng.

Bagi tim-tim luar negeri yang bercita-cita masuk MPL ID, kisah NAVI ini adalah peringatan dini: pahami gaya main lokal, bangun fondasi internal yang kuat, dan jangan pernah remehkan ekosistem MLBB Indonesia yang sudah terbukti mendunia.

Baca Juga: Kenapa NAVI Gagal Total di MPL ID Season 15? Ini 5 Alasan Nyatanya

Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.