Natus Vincere (NAVI), salah satu organisasi esports global paling bergengsi, resmi bergabung ke MPL Indonesia Season 15 — dan ekspektasi pun langsung membubung tinggi. Namun alih-alih memberi kejutan manis, mereka justru mencatatkan salah satu debut terburuk sepanjang sejarah MPL ID.
Dengan rekor tanpa kemenangan dan penampilan yang jauh dari kata kompetitif, banyak penggemar bertanya-tanya: apa yang sebenarnya terjadi dengan tim sekelas NAVI? Bagaimana bisa organisasi dengan nama besar dan pengalaman global justru terseok-seok di skena Mobile Legends Indonesia?
Dalam artikel ini, kita akan membahas 5 fakta paling mengejutkan dari perjalanan NAVI di MPL ID Season 15, yang tidak hanya membuat fans kecewa, tapi juga memberikan banyak pelajaran berharga bagi tim-tim luar yang ingin masuk ke ranah kompetitif lokal.
Contents
- 1 1. Tim Pertama yang Tersingkir Tanpa Satu Pun Kemenangan
- 2 2. Draft Pick yang Gagal Bersaing di Meta Lokal
- 3 3. Kesalahan Fatal di Early Game yang Terus Terulang
- 4 4. Mental Bertanding yang Runtuh di Tengah Musim
- 5 5. NAVI Menjadi Contoh Gagalnya Ekspansi Tanpa Adaptasi Lokal
- 6 Kesimpulan: NAVI dan Kenyataan Pahit di MPL ID Season 15
1. Tim Pertama yang Tersingkir Tanpa Satu Pun Kemenangan
NAVI mencatatkan sejarah — sayangnya bukan untuk alasan yang membanggakan. Mereka menjadi tim pertama di MPL ID yang menyelesaikan satu musim penuh tanpa satu pun kemenangan. Dari total 9 pertandingan BO3 yang dijalani selama regular season, mereka selalu kalah 0–2, dengan total 0 game menang dari 18 game yang dimainkan.
Rekor ini menjadikan NAVI sebagai tim dengan performa terburuk secara statistik dalam sejarah MPL Indonesia. Bahkan tim-tim yang sebelumnya sering berada di dasar klasemen seperti Rebellion Zion atau Aura Fire pun tidak pernah menyelesaikan musim dengan skor mutlak 0–18.
Fakta ini mengejutkan banyak pihak, karena NAVI datang bukan sebagai tim baru biasa — mereka membawa nama besar, investasi besar, dan ekspektasi besar. Tapi hasilnya sangat bertolak belakang dari prediksi awal.
2. Draft Pick yang Gagal Bersaing di Meta Lokal
Salah satu kesalahan terbesar NAVI sepanjang MPL ID Season 15 ada di fase drafting. Mereka terlihat belum memahami dengan baik meta khas Indonesia yang sangat dinamis, cepat, dan penuh pressure sejak early game. Beberapa kali, NAVI menggunakan hero yang kurang relevan, lambat skalanya, atau bahkan mudah dipatahkan.
Contohnya, mereka terlalu sering mengandalkan comfort pick seperti Granger, Valentina, atau Akai yang sebenarnya sudah mulai jarang digunakan di tier atas MPL ID. Bahkan ketika mencoba hero seperti Arlott atau Joy, eksekusinya justru kaku dan mudah dibaca lawan. Alhasil, strategi mereka mudah di-counter sejak sebelum game dimulai.
Banyak analis menyebut bahwa NAVI tidak punya analis meta lokal, dan drafting mereka terlalu textbook — seolah tidak memperhatikan tren pick tim seperti RRQ, ONIC, atau Geek Fam yang sering menggunakan kombinasi unik dan fleksibel.
Fase draft yang lemah ini membuat NAVI kerap bermain defensif dan reaktif, bukan proaktif seperti gaya main tim Indonesia. Hal ini jadi salah satu penyebab utama kekalahan demi kekalahan mereka.
3. Kesalahan Fatal di Early Game yang Terus Terulang
Salah satu pola yang paling mencolok dari permainan NAVI sepanjang musim adalah kecenderungan mereka selalu kalah di early game. Hampir di setiap pertandingan, mereka kehilangan turtle pertama, tertinggal dalam farming, dan kesulitan mempertahankan turret di 5 menit awal.
Bahkan lawan-lawan mereka seperti Alter Ego atau Bigetron Alpha — yang secara peringkat juga tidak konsisten — mampu menghancurkan ritme permainan NAVI sejak menit pertama. Ini menunjukkan bahwa rotasi awal NAVI masih sangat lemah dan minim koordinasi.
Beberapa kesalahan yang terus terulang:
- Rotasi jungler yang lambat dan tidak sinkron dengan roamer
- Salah waktu dalam contest turtle atau buff
- Posisi hero yang terlalu maju tanpa cover
- Salah timing flicker, petrify, dan spell defensif lainnya
Akibatnya, NAVI selalu bermain dari posisi tertinggal, membuat mereka sulit memaksakan war atau mengambil objektif penting. Dalam MPL ID yang sangat agresif, kalah early game hampir pasti berarti kalah game — dan inilah yang dialami NAVI hampir di setiap match.
4. Mental Bertanding yang Runtuh di Tengah Musim
Masuk ke pertengahan musim, performa NAVI tak hanya stagnan — tapi justru makin menurun secara mental. Setelah mengalami kekalahan beruntun di tiga minggu awal, wajah dan gestur para pemain NAVI mulai menunjukkan tekanan besar. Mereka terlihat kehilangan semangat bertarung, mudah panik saat tertinggal, dan bahkan sering melakukan kesalahan sendiri (misplay) yang seharusnya bisa dihindari.
Beberapa indikasi turunnya mental NAVI:
- Terlambat masuk war, terlalu pasif dalam teamfight
- Tidak ada follow-up saat rekan membuka serangan
- Terlalu sering bermain defensif tanpa mencari inisiatif
- Terlihat “nge-lag” secara komunikasi di beberapa momen krusial
Kondisi mental yang goyah ini diperparah dengan tekanan dari komunitas dan ekspektasi terhadap nama besar NAVI. Mereka datang sebagai organisasi legendaris, namun justru tampil seperti tim amatir yang belum siap bertanding.
Faktor mental adalah salah satu aspek terpenting di MPL ID — dan sayangnya, NAVI gagal mengelola hal ini. Bahkan di minggu terakhir, terlihat jelas bahwa mereka hanya menjalani sisa pertandingan tanpa arah atau harapan.
5. NAVI Menjadi Contoh Gagalnya Ekspansi Tanpa Adaptasi Lokal
Salah satu pelajaran paling penting dari kegagalan NAVI di MPL ID adalah: ekspansi tim global tidak cukup hanya bermodal nama besar dan dana besar. Tanpa adaptasi terhadap lingkungan kompetitif lokal, strategi yang relevan, dan pemahaman mendalam soal lawan, maka hasilnya akan jauh dari harapan.
NAVI adalah contoh nyata bahwa:
- Organisasi luar negeri harus paham gaya main MPL ID sebelum terjun langsung
- Butuh pelatih, analis, dan bahkan pemain yang tahu “medan” untuk bersaing
- MPL ID bukan sekadar liga nasional — tapi sudah sekelas ekosistem tier 1 global dalam hal level permainan
Alih-alih membuktikan dominasi internasional, NAVI justru memberi gambaran bahwa MPL ID bukan tempat yang bisa dianggap enteng, bahkan oleh tim-tim kelas dunia.
Kegagalan mereka kini jadi refleksi bagi tim luar lain: masuk MPL Indonesia butuh strategi jangka panjang, bukan sekadar ‘masuk lalu main’.
Kesimpulan: NAVI dan Kenyataan Pahit di MPL ID Season 15
Masuknya Natus Vincere ke MPL ID Season 15 seharusnya menjadi gebrakan besar dalam sejarah liga — namun kenyataannya justru jadi salah satu debut paling mengecewakan. Dari nol kemenangan hingga draft yang lemah, NAVI mengalami musim yang penuh tekanan dan kegagalan.
Lima fakta di atas memperlihatkan dengan jelas bahwa masuk ke skena Mobile Legends Indonesia bukanlah perkara mudah. Adaptasi, pemahaman meta, kekompakan tim, dan mental bertanding menjadi hal mutlak. NAVI datang dengan ekspektasi tinggi, namun pulang dengan catatan buruk yang akan diingat banyak orang.
Semoga dari kegagalan ini, muncul pembelajaran berharga — bukan hanya untuk NAVI, tapi juga untuk tim-tim luar negeri lain yang ingin masuk ke panggung besar MPL Indonesia.
Baca Juga: Natus Vincere: Debut Mengecewakan di MPL ID Season 15
Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.