Setelah bertahun-tahun menjadi salah satu latar impian para penggemar, Ubisoft akhirnya mengabulkan permintaan komunitas dengan merilis Assassin’s Creed Shadows, sebuah entri terbaru dalam franchise Assassin’s Creed yang kali ini mengambil latar megah di era Jepang Feodal. Dengan nuansa budaya, sejarah, dan konflik khas Negeri Sakura, Shadows membawa warna baru bagi seri yang telah dikenal luas akan eksplorasi sejarah dan aksi stealth ikonik.
Sebagai penerus spiritual dari Assassin’s Creed Mirage, game ini mengusung konsep open-world yang lebih hidup dan detail, namun tetap mempertahankan akar gameplay stealth klasik yang menjadi ciri khas franchise. Yang membedakan Assassin’s Creed Shadows dari pendahulunya adalah kehadiran dua karakter utama dengan latar dan gaya bertarung yang sangat kontras, yaitu:
- Yasuke, sosok samurai legendaris yang dikenal dari catatan sejarah, dengan gaya bertarung kuat dan frontal, memanfaatkan kekuatan fisik dan senjata berat.
- Naoe, seorang shinobi (ninja) ahli dengan pendekatan diam-diam, lincah, dan penuh strategi, mewakili sisi Assassin sejati dengan kemampuan mengendap dan mengeliminasi musuh secara senyap.
Pemain dapat beralih antara dua karakter ini untuk menyelesaikan misi dengan cara yang paling sesuai dengan gaya bermain mereka, menjadikan Assassin’s Creed Shadows sebagai perpaduan unik antara aksi samurai dan stealth ninja dalam satu dunia yang luas dan realistis.
Latar dunia yang ditawarkan pun tidak main-main—kita akan dibawa ke lanskap Jepang yang indah namun penuh intrik, mulai dari desa terpencil, kastil daimyo, hingga hutan lebat dan kota-kota sibuk di masa Sengoku. Dengan visual yang ditingkatkan, sistem cuaca dinamis, dan AI musuh yang lebih responsif, Ubisoft mencoba menghadirkan pengalaman yang benar-benar mendalam dan sinematik.
Namun, di tengah hype yang tinggi dan ekspektasi besar dari komunitas global, pertanyaan utamanya adalah: Apakah Assassin’s Creed Shadows benar-benar mampu menjawab keinginan penggemar yang telah lama menantikan era Jepang ini? Apakah formula dua protagonis ini akan menjadi kekuatan atau justru jadi tantangan tersendiri?
Contents
- 1 1. Setting dan Dunia Open-World Jepang Feodal yang Imersif di Assassin’s Creed Shadows
- 2 2. Karakter dan Alur Cerita dalam Assassin’s Creed Shadows: Dualitas Perspektif yang Membentuk Narasi
- 3 3. Gameplay Assassin’s Creed Shadows: Perpaduan Gaya Bermain Stealth dan Samurai dalam Dunia Open-World
- 4 4. Grafis dan Audio dalam Assassin’s Creed Shadows: Visual Sinematik dan Atmosfer Jepang Feodal yang Otentik
- 5 5. Kinerja dan Optimasi Teknis Assassin’s Creed Shadows di Konsol dan PC
- 6 Kesimpulan: Apakah Assassin’s Creed Shadows Layak Dibeli?
1. Setting dan Dunia Open-World Jepang Feodal yang Imersif di Assassin’s Creed Shadows

Salah satu sorotan utama dalam Assassin’s Creed Shadows adalah bagaimana Ubisoft berhasil membangun ulang setting Jepang abad ke-16 dalam format open-world yang luas, dinamis, dan penuh detail. Dunia dalam game ini dirancang untuk merefleksikan suasana khas era Sengoku yang dipenuhi oleh perang antar klan, dinamika sosial kelas samurai, dan kehidupan rakyat biasa. Ini bukan hanya latar visual, tetapi menjadi elemen inti dalam pengalaman bermain secara keseluruhan.
Lingkungan yang disajikan terasa hidup dan kaya akan elemen budaya lokal. Pemain dapat menjelajahi desa pertanian sederhana, kuil Shinto di tengah hutan bambu, benteng samurai, pasar rakyat yang ramai, hingga area perbukitan dan hutan belantara yang lebat. Setiap wilayah dalam game ini memiliki identitas visual dan atmosfer yang unik, memberikan kesan eksplorasi yang terus berkembang dari waktu ke waktu.
Yang membuat dunia Shadows terasa lebih hidup adalah interaktivitas lingkungan dan sistem cuaca serta musim yang memengaruhi gameplay. Tidak hanya menjadi elemen kosmetik, berbagai perubahan lingkungan secara langsung berdampak pada strategi yang digunakan pemain, terutama bagi mereka yang memilih bermain dengan pendekatan stealth.
Keunggulan Desain Dunia Open-World:
- Sistem musim dinamis: Pemain akan merasakan pergantian musim dari musim semi yang cerah ke musim dingin bersalju. Perubahan ini tidak hanya memengaruhi visual, tetapi juga gameplay—seperti medan yang lebih lambat ditempuh saat bersalju atau penglihatan musuh yang berkurang saat kabut pagi muncul.
- Lingkungan interaktif: Fitur seperti dedaunan yang bereaksi terhadap gerakan pemain, air hujan yang menutupi suara langkah, dan jejak kaki di tanah atau salju yang dapat dilacak musuh memberikan dimensi realistis pada elemen stealth.
- Sistem cuaca real-time: Hujan lebat, badai salju, hingga malam yang gelap menjadi bagian dari strategi gameplay. Hujan dapat membantu menyelinap, sementara badai pasir atau salju dapat memengaruhi jarak pandang dan pola patroli musuh.
- Peta dengan variasi vertikalitas dan lanskap: Area kastil di pegunungan, jaringan kanal di kota, hingga gua-gua tersembunyi di bawah kuil menciptakan pengalaman eksplorasi yang tidak monoton. Pemain dituntut untuk menyesuaikan rute, memanfaatkan titik tinggi, dan membaca kondisi sekitar untuk menyelesaikan misi.
Tantangan dalam Eksplorasi:
- Meskipun peta sangat luas dan mendetail, beberapa area terasa underdeveloped atau terlalu kosong. Hal ini bisa menurunkan tempo eksplorasi di luar misi utama.
- Navigasi area kompleks seperti kastil bertingkat dan hutan berbukit kadang membingungkan, apalagi tanpa petunjuk visual atau kompas yang jelas. Ini bisa mengganggu pengalaman pemain yang terbiasa dengan guidance minim.
Secara teknis, dunia open-world dalam Assassin’s Creed Shadows juga didukung oleh engine grafis terbaru Ubisoft yang memungkinkan render lingkungan dengan pencahayaan real-time, efek partikel halus, dan AI dinamis yang merespons kondisi sekitar. Semua ini mendorong dunia dalam game terasa lebih realistis, responsif, dan tidak hanya menjadi latar pasif, melainkan menjadi bagian dari sistem permainan itu sendiri.
Dengan pendekatan desain dunia yang sangat mendalam dan atmosferik, Assassin’s Creed Shadows tidak hanya menyuguhkan dunia Jepang Feodal sebagai fanservice, tapi benar-benar menghidupkannya sebagai medan bermain strategis yang penuh detail, kompleksitas, dan potensi naratif.
2. Karakter dan Alur Cerita dalam Assassin’s Creed Shadows: Dualitas Perspektif yang Membentuk Narasi

Salah satu inovasi naratif paling menonjol dari Assassin’s Creed Shadows adalah kehadiran dua protagonis utama yang tidak hanya berbeda latar belakang, tetapi juga memiliki filosofi dan pendekatan bertarung yang sangat kontras. Ubisoft menggunakan pendekatan dual-character ini untuk menciptakan struktur cerita yang lebih dinamis dan fleksibel, sekaligus memberi pemain kebebasan dalam memilih bagaimana mereka ingin menjalani petualangan di Jepang Feodal.
Dengan menghadirkan dua karakter playable, Ubisoft berhasil menyeimbangkan antara gaya bermain frontal khas samurai dengan pendekatan stealth yang selama ini menjadi identitas utama seri Assassin’s Creed.
Karakter Utama:
- Yasuke, diangkat dari tokoh sejarah nyata, adalah seorang pria keturunan Afrika yang tiba di Jepang dan akhirnya diangkat sebagai samurai oleh seorang daimyo besar. Dalam game, Yasuke digambarkan sebagai karakter yang kuat secara fisik, membawa kehormatan dan keberanian samurai, serta lebih cocok untuk pertarungan terbuka. Gaya bertarungnya mengandalkan senjata berat, armor penuh, dan serangan langsung.
- Naoe, seorang shinobi wanita dari klasik klan Iga, melambangkan sisi Assassin sejati. Ia menguasai berbagai teknik infiltrasi, pembunuhan senyap, serta alat-alat ninja tradisional. Dengan mobilitas tinggi, kemampuan sembunyi, dan serangan diam-diam yang mematikan, Naoe menjadi kontras sempurna terhadap Yasuke.
Kedua karakter ini tidak hanya berbeda dari sisi gameplay, tetapi juga memiliki motivasi, latar sosial, dan konflik personal yang disusun secara terpisah. Pemain dapat bergantian menggunakan keduanya sesuai kebutuhan misi, menciptakan dinamika cerita yang lebih kompleks.
Keunggulan Alur Cerita:
- Sudut pandang ganda memberikan kedalaman narasi, di mana Yasuke menyajikan sisi kehormatan dan politik kaum elit, sementara Naoe membawa perspektif pemberontakan bawah tanah, konflik moral, dan pertarungan melawan penindasan.
- Intrik politik antar klan feodal, konspirasi dalam kekuasaan militer, dan pengaruh asing mulai masuk ke Jepang menambah lapisan drama dan ketegangan. Cerita tidak hanya tentang balas dendam atau pencarian artefak, tetapi juga tentang benturan nilai, ideologi, dan loyalitas.
- Penggunaan cutscene yang lebih sinematik dan dramatis menjadikan pengalaman naratif terasa seperti menonton film samurai klasik, lengkap dengan pencahayaan artistik, dialog yang penuh makna, dan penyajian konflik emosional yang lebih dalam.
Namun, seperti kebanyakan game open-world, Assassin’s Creed Shadows tetap tidak lepas dari beberapa kendala dalam pengembangan cerita yang dapat memengaruhi pacing atau keterlibatan pemain.
Tantangan dalam Narasi:
- Beberapa misi—terutama pada bagian stealth dan infiltrasi—terasa repetitif atau familiar, mirip dengan pola misi dari game sebelumnya seperti Origins atau Odyssey. Variasi dalam pendekatan mungkin ada, tetapi struktur dasarnya tidak terlalu berbeda.
- Karakter pendukung, termasuk tokoh historis dan NPC penting, terkadang kurang mendapatkan pengembangan yang cukup. Beberapa terasa hanya sebagai alat plot, bukan karakter hidup dengan motivasi yang kuat.
Walaupun begitu, pendekatan naratif dua karakter ini memberikan nilai tambah besar dalam menjelajahi dunia game dari dua sisi konflik sekaligus. Ini memberikan kedalaman cerita yang lebih luas, membangun dunia yang lebih hidup, dan memperkuat atmosfer Jepang feodal sebagai latar utama dalam konflik pribadi dan politik yang rumit.
3. Gameplay Assassin’s Creed Shadows: Perpaduan Gaya Bermain Stealth dan Samurai dalam Dunia Open-World

Assassin’s Creed Shadows meneruskan ciri khas seri ini dengan menggabungkan dua pendekatan gameplay utama—stealth dan pertarungan terbuka—namun kali ini dengan peningkatan signifikan dari sisi mekanik, kedalaman sistem, dan dampak lingkungan terhadap strategi bermain. Ubisoft mengemas gameplay dengan nuansa taktis yang lebih kuat, mengandalkan sistem stamina, pencahayaan dinamis, dan pendekatan karakteristik yang sangat berbeda antara dua protagonisnya.
Pemain dapat memilih untuk menyelesaikan misi dengan pendekatan diam-diam penuh perhitungan sebagai Naoe, atau mengambil jalur langsung dan konfrontatif melalui kekuatan Yasuke. Perbedaan gaya ini bukan hanya kosmetik, melainkan benar-benar memengaruhi ritme permainan, jenis musuh yang dihadapi, serta strategi yang digunakan untuk menyelesaikan tantangan.
Gaya Bermain dan Peran Karakter:
- Naoe mewakili gameplay stealth klasik khas seri Assassin’s Creed. Ia menggunakan grappling hook untuk menjelajahi atap dan tembok, menyelinap melalui lorong sempit, serta memanfaatkan alat-alat ninja seperti shuriken, smoke bomb, dan poison dart. Lingkungan sangat mendukung gaya bermain ini, dengan sistem pencahayaan dan bayangan yang kini jauh lebih akurat dalam memengaruhi deteksi musuh.
- Yasuke, sebagai samurai bertubuh besar, menjadi pusat gaya bertarung langsung. Ia mengandalkan duel pedang, serangan berat, dan kemampuan bertahan dalam pertarungan terbuka. Gaya bermain Yasuke lebih lambat tapi kuat, menuntut strategi dan pengelolaan stamina yang efisien dalam setiap pertarungan.
Inovasi dalam Sistem Gameplay:
- Sistem pertarungan berbasis stamina menjadi komponen inti dalam duel. Setiap ayunan pedang, block, dan dodge akan menguras stamina pemain, memaksa pemain untuk berpikir taktis dan tidak sembarang menyerang secara brutal. Sistem ini memberi kedalaman baru, mirip dengan gaya pertarungan game seperti Sekiro atau Ghost of Tsushima.
- Stealth yang lebih realistis dan reaktif. Cahaya, bayangan, dan suara kini memengaruhi bagaimana musuh merespons kehadiran pemain. Gerakan cepat di area terang atau menginjak ranting di malam hari bisa langsung mengalihkan perhatian musuh, memaksa pemain untuk memperhitungkan setiap langkah.
- Sistem investigasi dan pencarian informasi, yang terinspirasi dari Assassin’s Creed Mirage, kini hadir sebagai bagian dari misi tertentu. Pemain harus mengumpulkan petunjuk, mengikuti NPC, atau menyusup ke lokasi rahasia untuk memperoleh informasi yang relevan sebelum melakukan pembunuhan target.
Meskipun secara umum gameplay terasa lebih strategis dan menyatu dengan latar cerita Jepang Feodal, masih ada beberapa aspek yang memerlukan penyempurnaan agar gameplay terasa lebih halus dan responsif.
Tantangan dalam Gameplay:
- Animasi pertarungan Yasuke kadang masih terasa kaku, terutama dalam pertarungan satu lawan satu, seperti saat melakukan counter-attack atau parry beruntun. Gerakan terasa kurang mulus dibandingkan standar game action modern lainnya.
- AI musuh dalam mode stealth masih mudah dieksploitasi, dengan pola gerakan yang bisa diprediksi dan respon yang lambat saat mendeteksi ancaman. Hal ini mengurangi tantangan dalam beberapa misi penyusupan yang seharusnya lebih intens dan menegangkan.
Secara keseluruhan, gameplay Assassin’s Creed Shadows menghadirkan peningkatan dalam hal kedalaman taktik, variasi pendekatan, dan interaksi lingkungan yang lebih realistis. Sistem baru seperti stamina, investigasi, dan stealth berbasis pencahayaan membawa nuansa baru yang menyegarkan bagi franchise, meskipun masih ada ruang untuk penyempurnaan dari sisi teknis dan AI musuh.
4. Grafis dan Audio dalam Assassin’s Creed Shadows: Visual Sinematik dan Atmosfer Jepang Feodal yang Otentik

Salah satu aspek paling menonjol dari Assassin’s Creed Shadows adalah bagaimana Ubisoft meningkatkan kualitas visual dan audio secara signifikan, menjadikan pengalaman bermain terasa sinematik dan sangat mendalam. Dunia Jepang Feodal tidak hanya hidup dari segi gameplay dan cerita, tetapi juga dibangun melalui teknologi grafis modern dan desain suara yang sangat autentik.
Dibandingkan dengan entri sebelumnya dalam seri Assassin’s Creed, Shadows memberikan penyempurnaan besar pada pencahayaan, tekstur, efek cuaca, serta fidelity animasi, menjadikan setiap lokasi dalam game tampil lebih tajam, dramatis, dan penuh karakter. Setiap elemen dalam dunia game terasa seolah dirancang untuk menyatu dengan tema era Sengoku secara menyeluruh.
Keunggulan Visual dan Grafis:
- Efek sinematik yang ditingkatkan, terutama terlihat pada momen pertarungan, eksekusi stealth, dan cutscene penting. Kamera sinematik kini lebih dinamis, mengikuti sudut pandang karakter dengan lebih realistis dan dramatis.
- Detail lingkungan sangat impresif, mulai dari ukiran kayu kuil kuno, lentera gantung di jalanan kota, hingga gerbang Torii yang berdiri megah di tepi danau. Ubisoft berhasil menyajikan dunia Jepang yang tidak hanya indah, tetapi juga terasa hidup dan historis.
- Sistem cuaca dan efek lingkungan yang dinamis, seperti hujan yang menciptakan genangan dan refleksi di permukaan tanah, angin yang meniup dedaunan, atau kabut pagi yang menutupi pandangan saat berburu target. Efek partikel juga digunakan secara efektif untuk meningkatkan kesan atmosferik di setiap wilayah.
Semua peningkatan grafis ini didukung oleh penggunaan engine internal Ubisoft yang telah dioptimalkan, memungkinkan render dunia open-world dengan skala besar tanpa kehilangan detail mikro.
Desain Audio dan Musik:
- Soundtrack khas Jepang dengan sentuhan sinematik, menggunakan alat musik tradisional seperti shakuhachi (seruling bambu), koto, dan taiko (drum Jepang). Musik dinamis akan menyesuaikan intensitas situasi, dari tenangnya menjelajah desa hingga momen penuh tensi dalam duel atau pembunuhan.
- Voice acting berkualitas tinggi, terutama jika dimainkan dengan bahasa Jepang sebagai bahasa utama. Setiap dialog terasa autentik, dengan intonasi dan emosi yang sesuai dengan latar budaya serta karakter masing-masing tokoh.
- Efek suara yang realistis dan kontekstual, mencakup suara pedang bertabrakan, bunyi langkah di atas tatami atau lantai kayu, hingga desir angin malam yang menusuk saat pemain menyelinap di atap rumah. Sistem suara 3D juga digunakan untuk meningkatkan kesadaran spasial saat bermain stealth.
Perpaduan visual berkualitas tinggi dengan audio yang kaya akan nuansa budaya menciptakan pengalaman sinematik yang utuh, menjadikan Assassin’s Creed Shadows sebagai salah satu game dengan presentasi audio-visual terbaik dalam sejarah franchise ini.
5. Kinerja dan Optimasi Teknis Assassin’s Creed Shadows di Konsol dan PC
Dari sisi teknis, Assassin’s Creed Shadows menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan entri sebelumnya dalam seri ini. Ubisoft tampaknya belajar dari peluncuran game sebelumnya yang sempat menuai kritik karena isu performa, dan kini menghadirkan pengalaman yang lebih stabil dan responsif, khususnya di platform PlayStation 5, Xbox Series X, dan PC berbasis SSD.
Game ini dirancang dengan mempertimbangkan arsitektur hardware generasi terbaru, dan hasilnya terlihat pada kualitas visual yang tinggi tanpa mengorbankan frame rate secara drastis. Penggunaan teknologi streaming data berbasis SSD juga membantu memangkas waktu loading secara signifikan, terutama saat berpindah wilayah atau fast travel di dalam dunia open-world yang luas.
Keunggulan dari Segi Performa dan Optimasi:
- Stabilitas frame rate yang konsisten di konsol next-gen. Dalam mode performance, game berjalan dengan sangat lancar pada 60 FPS di sebagian besar situasi, termasuk saat bertarung dengan banyak musuh atau menjelajah area padat penduduk.
- Waktu loading sangat cepat, memungkinkan transisi antar area, cutscene, hingga respawn berjalan hampir instan. Ini meningkatkan ritme permainan secara keseluruhan dan meminimalkan gangguan bagi pemain.
- Mode grafis yang fleksibel, di mana pemain dapat memilih antara mode resolusi tinggi (4K) untuk pengalaman visual maksimal, atau mode high frame rate untuk gameplay yang lebih responsif. Hal ini memberikan keleluasaan sesuai preferensi personal dan jenis layar yang digunakan.
Meski begitu, masih ada beberapa kendala teknis yang ditemui, terutama di versi PC dan dalam hal detail navigasi karakter dalam lingkungan.
Tantangan dalam Sisi Teknis:
- Bug minor pada sistem navigasi, misalnya karakter terkunci di objek lingkungan, animasi climbing yang tidak responsif di sudut tertentu, atau interaksi yang tertunda saat berada di area kompleks seperti kastil. Bug ini tidak memengaruhi progres utama tetapi dapat mengganggu imersi dalam eksplorasi.
- Optimalisasi versi PC masih perlu ditingkatkan, terutama pada perangkat dengan spesifikasi menengah ke bawah. Beberapa pemain melaporkan fluktuasi frame rate di area padat efek visual, serta penggunaan CPU dan GPU yang tidak konsisten meskipun setelan grafis telah diturunkan.
Ubisoft sendiri telah mengonfirmasi akan menghadirkan patch teknis dan perbaikan berkelanjutan, termasuk dukungan driver grafis terbaru, pembaruan performa untuk DirectX 12, serta penyesuaian setting auto-detect yang lebih cerdas untuk pengguna PC.
Secara keseluruhan, Assassin’s Creed Shadows menunjukkan kinerja teknis yang sangat baik di konsol next-gen, dengan pengalaman bermain yang halus dan imersif. Namun, untuk menjangkau audiens PC yang lebih luas, khususnya pengguna mid-range, peningkatan optimasi tetap dibutuhkan agar standar performa dapat dirasakan merata di seluruh platform.
Kesimpulan: Apakah Assassin’s Creed Shadows Layak Dibeli?
Assassin’s Creed Shadows tampil sebagai salah satu entri paling ambisius dan dinantikan dalam sejarah panjang franchise Assassin’s Creed. Dengan latar Jepang Feodal abad ke-16, game ini berhasil menghadirkan dunia yang kaya secara visual dan budaya, sekaligus menawarkan mekanik gameplay yang lebih taktis dan mendalam dibandingkan pendahulunya.
Perpaduan dua karakter utama—Yasuke dan Naoe—memberikan pengalaman bermain yang variatif dan strategis. Gaya bertarung samurai yang frontal dikombinasikan dengan gameplay stealth khas shinobi menjadikan eksplorasi dan penyelesaian misi terasa lebih fleksibel dan personal. Dunia open-world yang dihadirkan Ubisoft juga tak hanya cantik, tetapi interaktif dan memengaruhi gameplay melalui sistem cuaca, musim, dan pencahayaan dinamis.
Kelebihan Assassin’s Creed Shadows:
- Dunia terbuka yang detail, atmosferik, dan imersif, lengkap dengan transisi musim dan sistem cuaca realistis.
- Dua karakter utama dengan gaya bertarung dan sudut pandang cerita yang berbeda, memberikan variasi gameplay yang kuat.
- Mekanik pertarungan berbasis stamina yang lebih realistis dan menantang.
- Visual sinematik dengan pencahayaan, efek partikel, dan desain lingkungan kelas atas.
- Audio dan musik yang otentik, memperkuat nuansa Jepang klasik dengan soundtrack tradisional dan voice acting berkualitas tinggi.
Kekurangan yang Perlu Diperhatikan:
- Beberapa AI musuh dalam mode stealth masih terlalu mudah diprediksi, mengurangi tingkat tantangan dalam misi infiltrasi.
- Struktur misi stealth tertentu terasa repetitif, terutama bagi pemain yang telah lama mengikuti seri ini.
- Bug minor pada sistem navigasi dan optimasi versi PC yang belum maksimal, khususnya di perangkat menengah ke bawah.
Bagi penggemar lama Assassin’s Creed, maupun pemain baru yang tertarik dengan latar Jepang klasik, gameplay dual-character, dan sistem dunia terbuka modern, Assassin’s Creed Shadows adalah game yang layak untuk dimainkan. Ini bukan hanya penyegaran dari sisi lokasi, tetapi juga langkah maju dalam desain gameplay dan storytelling.
Dengan segala inovasi, peningkatan visual, dan pendekatan naratif yang lebih dalam, Assassin’s Creed Shadows pantas disebut sebagai salah satu entri terbaik dalam franchise Assassin’s Creed modern, serta pilihan wajib bagi pecinta game action open-world berkualitas tinggi.
Baca Juga: Game Terbaru 2025: Daftar Rilis Game yang Paling Dinantikan Tahun Ini